Kamis, 17 Januari 2013

Sejarah kerajaan kutai kartanegara

Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura ﻛﺴﻠﺘﺎﻧﻦ ﻛﻮﺗﻲ ﻛﺮﺗﺎﻧﯖﺮﺍ ﺇڠﻣﺮﺗﺎﺩﭬﻮﺭﺍ ← 1300–1960 → Bendera Lambang Ibu kota Kutai Lama ( 1300 - 1732 ) Pemarangan ( 1732 - 1782 ) Tepian Pandan ( 1782 - 1960 ) Bahasa Bahasa Melayu (dialek Kutai ) Agama Islam (resmi) Kaharingan Animisme Kristen Pemerintahan Monarki Sultan - 1300-1325 Aji Batara Agung Dewa Sakti - 1920-1960 Aji Muhammad Parikesit - 2001-sekarang Aji Muhammad Salehuddin II Sejarah - Didirikan 1300 - Menjadi kesultanan abad ke-17 - Dihidupkan kembali 2001 - Masuk wilayah Indonesia 1960 Kini bagian dari Indonesia Kesultanan Kutai atau lebih lengkap disebut Kesultanan KutaiKartanegara ing Martadipura (Martapura) merupakan kesultanan bercorak Islam yang berdiri pada tahun 1300 oleh Aji Batara Agung Dewa Sakti di Kutai Lama dan berakhir pada 1960 . Kemudian pada tahun 2001 kembali eksis di Kalimantan Timur setelah dihidupkan lagi oleh Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara sebagai upaya untuk melestarikan budaya dan adat Kutai Keraton. Dihidupkannya kembali Kesultanan Kutai ditandai dengan dinobatkannya sang pewaris tahta yakni putera mahkota Aji Pangeran Prabu Anum Surya Adiningrat menjadi Sultan Kutai Kartanegara ing Martadipura dengan gelar H. Adji Mohamad Salehoeddin II pada tanggal 22 September 2001 . Sejarah Pendirian Kerajaan Kutai Kartanegara berdiripada awal abad ke-13 di daerah yang bernama Tepian Batu atau Kutai Lama (kini menjadi sebuah desa di wilayah Kecamatan Anggana ) dengan rajanya yang pertama yakni Aji Batara Agung Dewa Sakti ( 1300 - 1325 ). Kerajaan ini disebut dengan namaKerajaan Tanjung Kute dalam Kakawin Nagarakretagama (1365), yaitu salah satu daerah taklukan di negara bagian Pulau Tanjungnagara oleh Patih Gajah Mada dari Majapahit [1] . Lambang Kesultanan Kutai Kartanegara dalam versi lain. Pada abad ke-16 , Kerajaan Kutai Kartanegara dibawah pimpinan raja Aji Pangeran Sinum Panji Mendapa berhasil menaklukkan Kerajaan Kutai (atau disebut pula: Kerajaan Kutai Martadipura atau Kerajaan Kutai Martapura atau Kerajaan Mulawarman ) yang terletak di Muara Kaman . Raja Kutai Kartanegara pun kemudian menamakan kerajaannya menjadi Kerajaan Kutai Kartanegara Ing Martadipura sebagai peleburan antara dua kerajaan tersebut. Pada abad ke-17 , agama Islam yang disebarkan Tuan Tunggang Parangan diterima dengan baik oleh Kerajaan Kutai Kartanegara yang saat itu dipimpin Aji Raja Mahkota Mulia Alam . Setelah beberapa puluh tahun, sebutan Raja diganti dengan sebutan Sultan . Sultan Aji Muhammad Idris (1735-1778) merupakan sultan Kutai Kartanegara pertama yang menggunakan nama Islami. Dan kemudian sebutan kerajaan pun berganti menjadi Kesultanan KutaiKartanegara ing Martadipura [1] . Menurut Hikayat Banjar dan Kotawaringin (1663), negeri Kutaimerupakan salah satu tanah di atas angin (sebelah utara) yang mengirim upeti kepada Maharaja Suryanata, raja Banjar-Hindu (Negara Dipa) pada abad ke-14 hingga kerajaan ini digantikan oleh Kesultanan Banjar. Sekitar tahun 1620 Kutai berada di bawah pengaruh Kesultanan Makassar. Perjanjian VOC dan Kesultanan Banjar tahun 1635 menyebutkan VOC membantu Banjar untuk menaklukan Paser dan Kutai kembali. Dengan demikian sejak tahun 1636 , Kutaidiklaim oleh Kesultanan Banjar sebagai salah satu vazalnya karena Banjarmasin sudah memiliki kekuatan militer yang memadai untuk menghadapi serangan Kesultanan Mataram yang berambisi menaklukan seluruh Kalimantan dan sudah menduduki wilayah Sukadana (1622) [2] . Sebelumnya Banjarmasin merupakan vazal Kesultanan Demak (penerus Majapahit ), tetapi semenjak runtuhnya Demak (1548), Banjarmasin tidak lagi mengirim upeti kepada pemerintahan di Jawa. Sekitar tahun 1638 (sebelum perjanjian Bungaya ) Sultan Makassar (Gowa-Tallo) meminjam Pasir serta Kutai , Berau dan Karasikan ( Kepulauan Sulu /Banjar Kulan) sebagai tempat berdagang kepada Sultan Banjar IV Mustain Billah/Marhum Panembahan dan berjanji tidak akan menyerang Banjarmasin. Haltersebut terjadi ketika Kiai Martasura diutus ke Makassar danmengadakan perjanjian dengan I Mangadacinna Daeng Sitaba Karaeng Pattingalloang Sultan Mahmud yaitu Raja Tallo yang menjabat mangkubumi bagi Sultan Malikussaid Raja Gowa tahun 1638 - 1654 . [3] . Tahun 1747, VOC Belanda mengakui Pangeran Tamjidullah I sebagai Sultan Banjar padahal yang sebenarnya dia hanyalah mangkubumi. Pada 1765 , VOC Belanda berjanji membantu Sultan Tamjidullah I yang pro VOC Belanda untuk menaklukan kembali daerah-daerah yang memisahkan diri diantaranya Kutai berdasarkan perjanjian 20 Oktober 1756 . [4] , karena VOC bermaksud menyatukan daerah-daerah di Kalimantan sebagai daerah pengaruh VOC. Padahal Kutai di bawah pengaruh La Maddukelleng (raja Wajo ) yang anti VOC. Pangeran Amir, pewaris mahkota Kesultanan Banjar yang sah dibantu pamannya - Arung Turawe (kelompok anti VOC) berusaha merebut tahta tetapi mengalami kegagalan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Efek Blog